Rabu, 16 Juli 2008

Ke Padang dengan Kijang

Pada pertengahan tahun 2002, saya, adik saya, kakak saya dan suami kakak saya beserta 2 orang kemanakan kawan abang ipar pergi ke Padang dengan menggunakan Kijang jantan tahun 1986. Kami ber-6 pergi ke Padang dari Medan naik Kijang. Walaupun Kijang yang kami pakai bukanlah mobil baru akan tetapi Kijang tersebut cukup kuat untuk melakukan perjalanan yang cukup jauh dari Medan menuju Padang.

Perjalanan kami lakukan di malam hari. Kami berangkat dari Medan sekitar jam 20.10 wib dengan tujuan pertama adalah kota P. Sidempuan. Dalam perjalanan Medan - P. Sidempuan kami melalui kota Tarutung terus ke Sipirok. Jalan yang kami lalui bukanlah jalan yang mulus - mulus amat seperti jalan - jalan di P. Jawa. Banyak jalan yang rusak dan berlobang. Mungkin saking parahnya jalan Medan - P. Sidempuan tersebut mengakibatkan velg ban belakang sebelah kanan agak penyok ke luar yang mengakibatkan ban luar sebelah kanan seperti bunting.

Sesampai di kota P. Sidempuan sekitar jam 5.00 wib, lalu kami mencari hotel untuk rehat sejenak . Siang harinya sekitar jam 12.15 wib kami lanjutkan kembali perjalanan kami menuju Padang. Sebelum perjalanan kami lanjutkan terlebih dahulu abang ipar saya mengganti velg mobil yang penyok dengan bagus karena mengingat perjalanan masih sangat jauh. Beruntung pada waktu itu Kijang yang kami pakai tidak menggunakan velg racing, mungkin jika menggunakan velg racing besar kemungkinan velg tersebut akan pecah karena velg racing tidak mungkin penyok.

Perjalanan pun kami lanjutkan. Karena terbiasa ngebut dan Kijang yang kami pakai cukup aman untuk dipacu kencang makanya abang ipar saya santai saja memacu Kijangnya dengan kecepatan tinggi. Saking ngebutnya abang ipar saya, sewaktu melintas di kota Panyabungan ayam penduduk pun di libas saja sambil pergi. Memang resikonya besar jika abang ipar saya melakukan pengereman mendadak, toh yang salah bukan abang ipar saya tapi si pemilik ayam yang membiarkan ayamnya berkeliaran bebas.

Menjelang maghrib sampailah kami di perbatasan Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Sanagt beda rasanya sewaktu masuk Sumatera Barat di mana jalan - jalannya sangat mulus sedangkan di Sumatera Utara cari jalan yang mulus itu susah banget. Karena jalan yang dilalui sanagt mulus maka abang ipar saya pun langsung memacu Kijangnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Mungkin karena abang ipar saya sudah sering lewat jalan Medan - Padang, makanya walaupun jalannya banyak berkelok tapi tetap saja Kijangnya dipacu kencang.

Memasuki kota Bukit Tinggi banyak terdapat kabut tapi lagi - lagi abang ipar saya enggak perduli tetap saja Kijangnya di pacu dengan kencang. Sebenarnya ada perasaan takut dalam hati saya karena jalan yang dilalui berkabut dan berbelok - belok. Saya takut jika nantinya Kijang ini masuk jurang. Tetapi saya yakinkan saja semua kepada abang ipar saya karena dalam pikiran saya tidak mungkin dia ingin kami semua celaka.

Sampai di kota Bukit Tinggi kami mencari penginapan karena abang ipar saya sudah capek, maklum single driver semenjak dari Medan. Sebenarnya saya sendiri bisa membawa Kijang tersebut akan tetapi kakak saya enggak percaya jika saya yang bawa dan kakak saya lebih suka jika yang bawa Kijang itu adalah suaminya sendiri. Dua orang kemanakan kawan abang ipar sayapun turun di Bukit Tinggi sehingga kami tinggal ber-4 saja.

Pagi harinya kami lanjutkan kembali perjalan dengan tujuan ke Batu Sangkar ke kampung halaman abang ipar saya. Sampai di Batu Sangkar kami menuju ke rumah orang tua abang ipar saya sambil menunggu kedatangan ibu dari abang ipar saya atau ibu mertua dari kakak saya yang baru pulang dari melaksanakan ibadah haji. Kami di rumah sampai malam dan Kijangnya bisa ngaso sejenak setelah cukup capek di geber terus dari Medan sampai ke Batu Sangkar.

Keesokan harinya Kijang kembali beraksi dan kali ini tujuannya ke kota Padang. Walaupun jalan - jalan di Propinsi Sumatera Barat pada mulus tapi jalannya banyak naik turun seperti jalan di daerah Padang Panjang dan berliku - liku. Namun bagi Kijang jalan seperti bukanlah masalah besar baginya. Dengan mesin yang terkenal cukup bandel, jalan - jalan di Sumatera Barat mudah saja dilalui dengan kecepatan tinggi. Pemakaian BBM pun sangat irit padahal Kijang yang kami pakai itu Kijang bensin dan selama perjalanan AC non-stop atau boleh dibilang Kijang Full AC.

Setelah selama 4 hari mondar mandir di kota -kota di Sumatera Barat, lalu kamipun permisi pulang kembali ke Medan oleh karena izin cuti abang ipar saya mau habis. Jika dalam perjalan pergi dari Medan menuju Padang ada istilah jalan rusak lalu jalan bagus, nah dalam perjalan pulang yang ada adalah kebalikannya jalan bagus dulu baru jalan rusak. Jika sewaktu pergi kami lewati kota Sipirok maka jalan pulang kami lewat Gunung Tua dengan tujuan menghindari jalan yang rusak. Memang jalan P. Sidempuan - Medan lewat Gunung Tua lebih jauh, akan tetapi pada waktu itu jalan itu jauh lebih bagus daripada P.Sidempuan - Medan lewat Sipirok.

Sekitar jam 20.20 wib kami pun tiba di kota Medan. Setelah 6 hari bersama Kijang dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh. Selama dalam perjalanan Kijang yang kami pakai enggak ada rewelnya baik itu mesinnya ataupun hal - hal yang lain. Seingat saya sewaktu pergi, dari Medan Kijang itu BBM-nya diisi full dan kemudian diisi full lagi sewaktu di P. Sidempuan. Sewaktu di Padang seingat saya cuma sekali Kijang itu diisi oleh abang ipar saya. Sewaktu pulang walaupun tangki Kijang masih ada bensin tapi kakak saya meminta kepada abang ipar saya supaya diisi full saja bensinnya. Sesampainya di P. Sidempuan kembali Kijang itu diisi full dan cukup sampai Medan. Memang Kijang cukup bandel, tangguh dan irit. Memang Kijang Tiada Duanya.

Tidak ada komentar: